Temankita.com, Samarinda-Indonesia, selain memiliki keindahan banyak tempat wisatanya, juga dikenal kaya akan berbagai kuliner lezat. Aneka kue dan camilannya pun beragam, Mulai dari yang rasanya gurih, asam sampai manis, semuanya ada.
Umumnya, kue maupun jajanan khas Indonesia dijual di pasar tradisional maupun pedagang keliling.
Salah satu kue yang banyak digemari dan sering dijual keliling dengan ciri suara lengkingan yang khas adalah kue putu.
Diketahui, umumnya kue putu adalah jajanan khas tradisional yang terbuat dari tepung beras berbentuk butiran kasar kemudian dimasukkan ke dalam cetakan kecil dari bambu, lalu bagian tengahnya diisi dengan gula merah, kemudian dipadatkan lagi dengan adonan tepung beras.
Setelah semua bambu diisi penuh dengan tepung beras dan gula merah, kue putu akan dikukus kurang selama 3 -5 menit.
Penyajian kue putu untuk dikudap, biasanya ditemani parutan kelapa muda yang ditaburi sedikit garam, sebagaimana penyajian kue apam. Sehingga paduan gurih manis akan terasa sangat menggigit di lidah.
Agung (50), satu dari sekian penjual kue putu keliling yang ditemui di Sempaja, menceritakan pekerjaan menjajakan kue tradisional yang dilakoninya lebih dari lima tahun itu.
Bermodal 1 unit motor Honda Supra, juga perlengkapan kue putunya mulai dari kompor yang ditutup oleh rangkaian seng, dan juga laci-laci untuk menaruh bahan baku pembuatan kue putu pada umumnya.
“Sudah 5 tahun jualan, Alhamdulillah masih bertahan sampai saat ini. Saya tinggal di daerah Bendang. Ya keliling Samarinda tiap hari bisa beda-beda rutenya. Biasanya 3 hari keliling Samarinda lalu 3 hari di Tenggarong,” jelasnya Senin (29/5/23).
“Murah aja mas, 1 biji seribu rupiah. Alhamdulillah omzet kotor belum potong bensin dan gas, sekitar Rp 400 ribu per hari. Tapi yang namanya dagang ya tidak selalu habis. Saya bawa bahan 2 kilo per harinya, kalau omset Rp 400 ribu seharinya, potong bensin Rp 25 ribu dan makan mungkin sekitar Rp 300 ribu aja bersihnya. Kalau gas, yang 3 kilo itu bertahan biasa 3 hari-an,” jelasnya sembari mengukus kue putu yang dipesan pembeli.
Ditanya alasannya bertahan menjual kue tradisional tersebut, di tengah terpaan kue moderen yang begitu kencang saat ini, Agung beralasan kue putu masih dicari orang.
“Karena masih ada yang beli mas, masih banyak yang suka menikmati kue ini. Dulu sebelum jual ini saya juga jualan yang lain seperti gorengan, es krim tapi kurang laku. Jadi jualan ini aja Alhamdulillah bisa bertahan sampai saat ini, yang penting usaha,” paparnya.
“Semoga bisa bertahan lama, karena ini salah satu kue camilan yang umumnya bisa dinikmati siapa saja. Harganya juga terjangkau, tidak perlu mahal-mahal untuk menikmati kue yang enak,” pungkas Agung. (AS)
Leave a Reply