Dulu Klub Besar, MU Sekarang Bak Tim Durjana

DURJANA, makna di balik kalimat ini bersifat sindiran atau kritik tajam. Kata “durjana” sendiri digunakan untuk menekankan bahwa MU kini dianggap mengecewakan, berperforma buruk, atau tidak lagi mencerminkan kehormatan klub besar seperti dulu—bahkan mungkin dicap merusak harapan para fans.

Penggunaan kata “durjana” di sini bersifat kiasan, bukan literal (bukan berarti MU melakukan kejahatan), melainkan menggambarkan perubahan drastis dari yang dulu berjaya menjadi tim yang “menyakiti” harapan pendukungnya.

Bukan tanpa sebab, sejatinya Manchester United mampu menjadi juara di ajang UEL dan lolos ke UCL musim depan. Hanya saja, harapan itu kandas usai dipartai final takluk atas Tottenham Hotspurs. Gol tunggal Bradley Johnson sudah cukup memastikan trofi pertama Spurs dalam 17 tahun dan membuat MU gagal meraih gelar musim ini.

Kekalahan ini menambah derita Setan Merah yang terpuruk di posisi ke-16 klasemen EPL, dengan hanya 39 poin dari 37 pertandingan—terendah dalam sejarah klub sejak era Premier League dimulai. 

Mereka mencatat 18 kekalahan, termasuk sembilan di kandang sendiri. Manajer Ruben Amorim, yang menggantikan Erik ten Hag pada November lalu, mengakui performa tim sangat mengecewakan. 

Musim ini menjadi yang terburuk bagi MU sejak mereka terdegradasi pada 1973/1974. Dengan tidak lolos ke kompetisi Eropa musim depan, klub menghadapi tantangan besar dalam membangun kembali kejayaan mereka.(*)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *