Jakarta, TemanKita.com – Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Taman Iskandar Muda (TIM) tidak sekadar menjadi ajang nostalgia budaya Aceh, tetapi juga simbol kuatnya persatuan perantau Aceh dari berbagai penjuru Tanah Air.
Acara yang berlangsung pada 22–31 Agustus 2025 di Plaza Festival, HR. Rasuna Said, Jakarta Selatan, menghadirkan masyarakat Aceh perantauan dari Sumatra hingga Kalimantan. Dari Kalimantan Timur, hadir perwakilan Himpunan Masyarakat Aceh (HIMA) yang berasal dari 10 kabupaten/kota.
Ketua HIMA Kaltim, H. Kamarudin, yang berhalangan hadir, menyampaikan pesan melalui Sekretaris HIMA Kaltim, Azmiadi. “Acara ini membuktikan bahwa semangat persaudaraan masyarakat Aceh tidak pernah pudar, meskipun terpisah jarak. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut di tahun-tahun mendatang,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua HIMA Kota Samarinda, Fahrizal SP, yang hadir langsung di lokasi, menegaskan arti penting kebersamaan bagi para perantau. “Momen ini sangat berarti bagi kami. Selain mempererat silaturahmi, ini juga menjadi ajang untuk menunjukkan bahwa budaya Aceh tetap hidup di mana pun kami berada,” katanya.
Tak hanya dari Samarinda, perantau Aceh di Balikpapan, Bontang, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, Berau, Penajam Paser Utara, hingga Paser turut memeriahkan perayaan. Bahkan masyarakat Aceh dari Kalimantan Utara juga hadir, mempertegas bahwa perbedaan jarak tidak menjadi penghalang dalam menjaga identitas budaya.
Hari Kedua: Sambutan Wali Nanggroe Aceh
Memasuki hari kedua, Minggu (24/8/2025), Festival Kuliner & Seni Budaya Aceh resmi dibuka dengan penuh kemeriahan. Acara ini ditandai dengan sambutan dari Wali Nanggroe Aceh, Tgk. Malik Mahmud Al Haythar, yang hadir langsung memberikan arahan.
Dalam pidatonya, Tgk. Malik Mahmud menekankan bahwa keberadaan masyarakat Aceh di perantauan tidak boleh membuat mereka tercerabut dari akar budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Aceh.
“Perayaan ini menjadi bukti bahwa meski jauh dari tanah kelahiran, identitas dan persaudaraan orang Aceh tetap terjaga. Tugas kita bersama adalah terus meninggikan dinul Islam, menjaga adat istiadat, serta memperkokoh ukhuwah sebagai satu bangsa Aceh,” ujarnya di hadapan ribuan perantau.
Sebagai pemimpin lembaga adat kehormatan Aceh, Malik Mahmud juga mengingatkan peran Wali Nanggroe sebagai pemersatu, pengawal perdamaian, dan pelestari budaya Aceh. Ia menegaskan bahwa kekhususan Aceh yang diatur dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh harus terus dijaga oleh semua generasi, termasuk yang hidup di perantauan.
“Dengan kebersamaan seperti ini, kita menjaga kehormatan, kewibawaan, dan tamadun Aceh. Saya berharap generasi muda Aceh di mana pun berada tetap berpegang pada nilai-nilai leluhur dan berkontribusi bagi bangsa,” tambahnya.
Sambutan ini mendapat apresiasi hangat dari seluruh peserta. Para perantau menilai kehadiran Wali Nanggroe memberi semangat tersendiri, karena menjadi pengingat bahwa persatuan masyarakat Aceh tidak lekang oleh jarak maupun zaman.
Festival Budaya dan Kuliner
Setelah sambutan resmi, acara dilanjutkan dengan Lomba Tari Ratoh Jaroe yang menjadi magnet utama pengunjung. Festival yang berlangsung hingga 31 Agustus 2025 ini menghadirkan ragam kuliner khas Aceh, pameran kerajinan tangan, hingga pertunjukan seni tradisional.
Panitia menyebutkan sejumlah tokoh penting lainnya dijadwalkan hadir pada rangkaian kegiatan berikutnya, termasuk Menteri, Gubernur, hingga tokoh masyarakat Aceh dari berbagai daerah.
“Semoga seluruh rangkaian kegiatan ini berjalan lancar dan sukses, sekaligus memperkokoh persaudaraan masyarakat Aceh perantauan,” tulis panitia dalam undangan resminya.
Leave a Reply