Temankita.com, Samarinda – Kinerja pengendalian inflasi Kalimantan Timur (Kaltim) kembali menunjukkan hasil positif. Pada September 2025, inflasi Kaltim tercatat hanya 0,04% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 1,77% (yoy) dan inflasi tahun kalender 1,54% (ytd). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,21% (mtm) atau 2,65% (yoy).
“Perkembangan ini mencerminkan kondisi harga di Kaltim yang relatif stabil dan terkendali di tengah dinamika perekonomian, sekaligus menunjukkan efektivitas upaya pengendalian inflasi yang terus dilakukan TPID se-Kaltim,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Budi Widihartanto, Jumat (3/10/2025).
Kelompok transportasi menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil 0,10% (mtm), terutama karena normalisasi tarif angkutan udara. Tekanan inflasi juga muncul dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dipicu kenaikan harga emas. Namun, hal ini tertahan oleh deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, khususnya bawang merah, cabai rawit, dan tomat.
Budi menjelaskan, kestabilan harga pangan tak lepas dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)yang digencarkan TPID se-Kaltim. Salah satunya melalui Demplot Padi Bioinvigorasi Benih Terintegrasi Sistem LEISA & Digital Farming di Kutai Kartanegara, yang meningkatkan produktivitas padi hingga 72,2% dari 3,60 ton/Ha menjadi 6,27 ton/Ha.
“Upaya ini ditempuh untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan petani Kaltim. Nilai Tukar Petani (NTP) tetap di atas 100% sebagai indikator efisiensi dan produktivitas pertanian,” jelasnya.
Selain itu, distribusi beras SPHP Bulog dan 129 kali Gerakan Pasar Murah (GPM) sepanjang September berhasil menekan harga komoditas pangan bergejolak.
Koordinasi juga terus diperkuat melalui Rapat Koordinasi Wilayah TPID se-Kalimantan di Banjarbaru pada 25 September 2025, mengusung tema “Inovasi Produksi dan Penguatan Kapasitas Petani untuk Mendukung Akselerasi Program Swasembada Pangan.”
“Ke depan, TPID Kaltim akan terus bersinergi menjalankan strategi 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif, agar inflasi tetap rendah dan stabil, serta mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” pungkas Budi.(Ar)
Leave a Reply