Bappeda Kaltim Mantapkan Transformasi Ekonomi Hijau: Hidrogen, Amonia, dan Sustainable Tourism Jadi Arah Baru Pembangunan Daerah

TemanKita.com, SAMARINDA — Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Bappeda kembali menggelar Forum Konsultasi Daerah (FKD) sebagai ruang strategis memperkuat sinergi lintas sektor dalam percepatan transformasi ekonomi daerah. Tahun ini, forum menegaskan tiga fokus utama: hidrogen hijau, amonia hijau, dan pariwisata berkelanjutan sebagai arah baru diversifikasi ekonomi Kaltim di era pasca-batu bara.

FKD putaran pertama ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan—pemerintah, pelaku usaha, perbankan, akademisi, serikat pekerja, hingga organisasi masyarakat sipil—untuk merumuskan langkah konkret menuju ekonomi hijau yang inklusif dan berdaya saing.

Bappeda menilai pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau sangat potensial dalam membuka lapangan kerja, meningkatkan nilai tambah industri daerah, serta memberikan stabilitas ekonomi jangka panjang. Langkah ini disebut menjadi pintu masuk bagi Kaltim untuk memantapkan diri sebagai pusat energi hijau Indonesia.

Paparan Factsheet Pariwisata Berkelanjutan menunjukkan bahwa sektor pariwisata Kaltim memiliki potensi besar namun masih menghadapi pekerjaan rumah besar, mulai dari ketimpangan persebaran destinasi, rendahnya lama tinggal wisatawan, hingga kerentanan ekosistem pesisir.

Data Kunjungan Wisata 2024

  • Total: 9,3 juta kunjungan
  • Wisnus mendominasi 99%
  • Lama tinggal: Wisnus 1,5 hari | Wisman 3 hari

Tenaga Kerja Pariwisata

  • Total pekerja: 34.846
  • Sektor dominan: kuliner dan akomodasi
  • Upah rata-rata 2023: Rp 3,62 juta

Tantangan Utama

  • kerusakan terumbu karang,
  • tekanan pada mangrove,
  • sanitasi destinasi,
  • konektivitas antarwilayah yang belum merata,
  • benefit ekowisata yang belum optimal bagi masyarakat lokal.

Kepala Bidang Perekonomian dan SDA Bappeda Kaltim, Wahyu Gatut Purboyo, menegaskan bahwa transformasi ekonomi adalah agenda besar yang membutuhkan komitmen jangka panjang.

“Transformasi ekonomi bukan hanya mengganti ketergantungan dari sektor batu bara. Ini tentang membangun economic engine baru yang kuat, stabil, dan lebih ramah lingkungan. Energi hijau dan ekowisata adalah fondasi masa depan kita,” ujarnya.

Sekretaris Forum CSR Kota Samarinda, Agung Gunawan Wibisono, menegaskan bahwa dunia usaha melalui CSR harus menjadi bagian dari transformasi.

“CSR tidak boleh hanya seremonial. Sudah saatnya diarahkan untuk mendukung roadmap ekonomi hijau. Mulai dari konservasi pesisir, peningkatan amenitas destinasi, hingga penguatan UMKM lokal, semua bisa dilakukan secara kolaboratif,” tegas Agung.

Ia menyebutkan bahwa kolaborasi CSR dan pemerintah daerah dapat mempercepat peningkatan kualitas destinasi di seluruh Kaltim.

Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata Kaltim, Angit Ding, menegaskan bahwa keberhasilan transformasi sektor pariwisata sangat bergantung pada tiga pilar utama: standar layanan, konektivitas, dan pemberdayaan masyarakat.

“Kaltim punya keindahan alam yang luar biasa, tetapi tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kualitas layanan dan memastikan destinasi kita saling terhubung. Tanpa itu, lama tinggal wisatawan akan sulit naik,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa Kaltim tidak hanya membutuhkan destinasi yang cantik, tetapi juga destinasi yang siap dikunjungi.

“Sertifikasi keberlanjutan, penataan amenitas, hingga kesiapan SDM adalah hal yang tidak bisa ditunda. Kita harus membangun destinasi yang tidak hanya menarik, tetapi juga nyaman, aman, dan berkelanjutan,” jelasnya.

Angit juga menekankan peran masyarakat lokal sebagai aktor kunci.

“Ekowisata tidak akan berhasil tanpa komunitas. Desa wisata, UMKM lokal, pelaku ekraf merekalah yang menjaga ritme industri ini. Oleh karena itu, pemberdayaan berbasis komunitas adalah fokus kami,” tegasnya.

Ia menyambut baik kolaborasi lintas sektor yang dibangun dalam FKD.

“Kami sangat mengapresiasi dukungan dari Forum CSR. Banyak destinasi membutuhkan fasilitas dasar yang bisa dipenuhi melalui sinergi CSR dan pemerintah. Ini momentum yang harus kita manfaatkan,bagaimana pengembangan Desa Wisata dari Berkembang Ke desa wisata Maju” tambah Angit.

Target Transformasi Wisata 2045

  • 18 juta kunjungan wisata
  • Lama tinggal: 2–5 hari
  • 100% destinasi bersertifikasi keberlanjutan

3 Aksi Utama Transformasi

  1. Standarisasi kualitas layanan destinasi
  2. Konektivitas antarwilayah
  3. Segmentasi pasar Wisnus & Wisman

Termasuk roadmap 2045, insentif usaha, digitalisasi destinasi, pelatihan SDM, pembiayaan inovatif UMKM, hingga integrasi kawasan pasca tambang.

FKD tahun ini kembali menegaskan bahwa masa depan ekonomi Kaltim hanya dapat dicapai melalui kolaborasi. Pemerintah, dunia usaha, komunitas, akademisi, dan masyarakat sipil harus bergerak dalam harmoni untuk membangun ekonomi hijau yang inklusif, kompetitif, dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *