TemanKita.com, Di tengah hamparan puing dan sisa lumpur yang menimbun permukiman warga, suara tawa anak-anak masih terdengar dari sebuah sudut desa terdampak banjir bandang di Kabupaten Aceh Tamiang. Meski rumah tempat mereka bernaung kini rata dengan tanah dan hanya menyisakan atap seng, kepolosan anak-anak itu menjadi penawar di tengah duka yang mendalam.

Banjir bandang yang melanda wilayah tersebut dilaporkan datang dengan sangat cepat. Air bah meluap tanpa ampun, menenggelamkan rumah-rumah warga, sekolah, hingga bangunan tinggi seperti masjid. Anak-anak menjadi saksi mata bagaimana air perlahan naik dan melenyapkan tempat tinggal mereka dalam hitungan waktu.
“Dalam, sampai atap,” tutur salah satu anak polos saat ditanya mengenai ketinggian air yang menerjang lingkungan tempat tinggalnya.
Kini, sebagian besar warga terpaksa mengungsi ke tenda-tenda darurat. Di lokasi pengungsian itulah, relawan Kaltim Peduli Aceh hadir menyapa langsung anak-anak dan keluarga penyintas banjir bandang Aceh Tamiang. Kehadiran relawan membawa lebih dari sekadar bantuan logistik, tetapi juga dukungan moril dan psikologis bagi para korban, khususnya anak-anak.

Susu dan kue yang dibagikan mungkin tampak sederhana, namun bagi anak-anak pengungsi, bantuan tersebut menjadi sumber kebahagiaan kecil di tengah situasi sulit. Senyum dan antusiasme tampak jelas di wajah mereka saat menerima makanan ringan, seolah sejenak melupakan trauma akibat bencana yang baru saja dialami.
Kegiatan penyerahan logistik sekaligus layanan dukungan psikososial ini dilaksanakan di posko masyarakat Desa Sukajadi, Kecamatan Karang Baru, serta di tenda-tenda pengungsi yang berada di area pos komando Kabupaten Aceh Tamiang. Relawan juga menyempatkan diri berbincang dengan para orang tua, mendengarkan cerita kehilangan, serta memberikan penguatan agar tetap bertahan dan bangkit.
Ungkapan haru disampaikan salah seorang penyintas banjir bandang yang menerima bantuan. Dengan suara bergetar, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

“Terima kasih banyak kepada masyarakat dan Pemerintah Kalimantan Timur yang telah mau membantu kami. Kami bahkan tidak mampu menyiapkan makanan. Mungkin hanya Allah yang dapat memberikan balasan yang setimpal atas semua kebaikan ini,” ujarnya.
Di tengah puing dan lumpur yang masih menyelimuti Aceh Tamiang, senyum anak-anak menjadi simbol keteguhan dan harapan. Dari kepolosan merekalah, semangat untuk bangkit perlahan tumbuh, diperkuat oleh kepedulian dan solidaritas sesama anak bangsa.













Leave a Reply