Kiprah Kemanusiaan, Dosen Unmul Nyambi Relawan Sebagai Ketua Regas

Temankita.com, Samarinda-Haji Burhanuddin, dikenal sebagai dosen senior Unmul. Menginjak di usia yang disebut orang sepuh, pria dengan panggilan akrab Pak Burhan ini makin giat dengan aksi sosial. Tak lagi lewat tuturan sebagaimana kegiatannya sehari-hari sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri provinsi ini, Burhan terjun langsung dalam praktik kegiatan sosial dengan menjadi relawan. Kiprahnya sebagai relawan pun tak main-main. Dia menghandle grup sosial Relawan Gabungan Kota Samarinda yang biasa disebut Regas. Di Regas, Burhanuddin didapuk sebagai pentolan tertinggi alias ketuanya.

Pria kelahiran Sanga-Sanga Kutai Kertanegara 23 Januari 1958 ini, mengawali kiprah sosialnya dengan terjun sebagai relawan sejak 2019. Suami dari Noor Hidayah ini, pertama kali terjun dalam aksi sosial sebagai relawan dengan menjabat Ketua Relawan Mako 10 yang beranggotakan 18 orang.

Bapak empat orang anak yang semuanya laki-laki ini, di awal kiprahnya dalam aksi sosial juga menjabat Ketua FKPM dan LPM Gunung Lingai. Termasuk menjadi Ketua RT 10 di Kelurahan Gunung Lingai.

“Ya kami sudah memiliki anggota 18 orang termasuk anak dan istri juga ikut bergabung,” ungkap Burhan.

Selanjutnya di tahun 2021, saat terbentuknya Regas, ketika itu dilakukan rapat yang melibatkan sejumlah relawan Kota Tepian, bisa disebut aklamasi menyepakati Burhan sebagai Ketua Relawan Gabungan Kota Samarinda (Regas).

“Berdasarkan hasil rapat dan mufakat, saya yang ditunjuk sebagai Ketua Regas,” tutur anak ke-7 dari sepuluh bersaudara ini.

Putra pasangan alm Antun Dahlan Dugani dan almh Asmah ini, merupakan lulusan magister di Universitas Hasanuddin tahun 1998. Saat ini ia menjabat sebagai dosen di Fisipol Universitas Mulawarman.

Burhan memaparkan, Regas memiliki 33 satuan relawan di Kota Samarinda dengan perkiraan anggota mencapai 650 orang, berkiprah dalam kegiatan sosial dengan membantu masyarakat yang tertimpa musibah.

“Kegiatan-kegiatan bencana sosial dan bencana alam seperti tanah longsor, kebakaran dan lainnya, Regas selain memberikan bantuan tenaga juga berbagi paket sembako sumbangan donatur,” terang Burhan.

Kegiatan berbagi paket sembako tidak hanya terbatas di Kota Tepian, menurut Burhanuddin pihaknya membawa bendera Regas pernah membagikan paket sembako sampai keluar wilayah Samarinda.

“Waktu itu banjir melanda Banjarmasin Kalimantan Selatan, kami berangkat menggunakan beberapa mobil serta membawa sembako untuk diserahkan kepada korban yang tertimpa musibah banjir di sana,” ucapnya.

Selain Banjarmasin, Burhan juga menambahkan pengantaran paket sembako sempat dilakukan Regas di Penajam Paser Utara dan Balikpapan.

“Kalau di PPU sama halnya dengan Banjarmasin, Regas turun ketika terjadi musibah banjir. Sedangkan di Balikpapan saat warganya tertimpa musibah kebakaran yang menghanguskan beberapa RT,” imbuh pria yang sudah menjadi kakek ini.

Burhan menyebut, dana yang digunakan untuk pengadaan sembako merupakan hasil penggalangan donasi di lapangan serta bantuan dari warga yang menyerahkan langsung ke Posko Mako 10 sebagai markas Regas.

“Kami Regas menggalang dana di sejumlah titik lampu merah seperti simpang Alaya, simpang Ahmad Dahlan, simpang Ring Road dan ada juga dermawan yang langsung menyerahkan bantuannya ke kami,” ujarnya.

Menjadi relawan ungkap Burhan, bukan perkara mudah. Karena menjadi relawan memerlukan modal yang cukup untuk pengadaan armada ke lokasi yang terkena musibah.

“Kalau dihitung-hitung pengadaan dari unit komando, unit ambulan, unit roda tiga dan roda dua serta mesin portable sebanyak tiga unit lengkap dengan selangnya berukuran 2” dan 1,5” itu totalnya berkisar Rp 270 juta. Semua itu dana pribadi untuk kegiatan kemanusiaan,” ungkapnya.

Burhan tidak menampik, dengan anggota lebih dari 300 orang terkadang, sering terjadi perselisihan antar warga dan juga sesame relawan itu sendiri.

“Kalau dengan warga biasanya terjadi pada saat musibah kebakaran. Terkadang, warga saking paniknya rumah terbakar, selang kami dirampas untuk menyiram rumahnya agar tidak terbakar. Bahkan terburuknya relawan ada yang dipukul,” bebernya.

Namun timpal Burhan, kondisi di lapangan yang serba panik mesti disikapi pihaknya secara bijak, dengan cara memberikan pengertian kepada warga tersebut maupun relawan bersangkutan jika tempo-tempo terjadi perselisihan di lapangan.

Burhan mengaku dengan bergabung di Regas, dirinya mengaku dapat menambah silaturahhim antar relawan se-Kota Samarinda, selain juga dapat saling membantu dan mendukung dalam aksi mengatasi bencana.

“Kami tidak digaji, tapi yang terpenting bagi kami adalah tugas kemanusian yang kami kerjakan tanpa pamrih, dapat berjalan dengan baik. Warga yang kami tolong juga merasa senang, itu kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata,” pungkasnya. (AS)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *