Temankita.com, Samarinda — Bencana alam kembali mengetuk pintu Kalimantan Timur. Kali ini, tanah longsor melumpuhkan Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Akses utama warga terputus. Jalan utama amblas. Aktivitas warga terhenti. Ekonomi lokal ikut tercekik.
Namun ini bukan sekadar longsor biasa. Dugaan kuat muncul: aktivitas pertambangan yang terlalu dekat dengan permukiman jadi biang keroknya.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kaltim, Akhmed Reza Fachlevi, langsung angkat suara. Ia menyoroti potensi keterlibatan tambang dalam kerusakan lingkungan yang makin sering memicu bencana.
“Perlu ada evaluasi menyeluruh. Jangan-jangan longsor ini akibat aktivitas tambang yang terlalu dekat dengan pemukiman,” tegas politisi Gerindra itu, Selasa (17/6).
Letak tambang yang hanya selemparan batu dari jalur vital warga memang jadi perhatian utama. Struktur tanah makin labil. Hutan penyangga nyaris habis. Tak ada lagi penahan alami. Maka, tanah pun berguguran.
Lebih lanjut, Reza mendesak Pemda dan instansi teknis segera turun ke lapangan. Investigasi mendalam harus dilakukan. Jika terbukti karena kelalaian perusahaan tambang, sanksi tegas tak bisa ditawar.
“Jangan tunggu ada korban jiwa. Ini bukan soal bisnis. Ini soal nyawa,” tandas Reza.
Ia juga menyinggung lambatnya pemulihan infrastruktur. Warga Pendingin, katanya, kini bukan hanya kehilangan jalan, tapi juga kehilangan kecepatan distribusi barang dan akses layanan dasar.
Bukan hanya itu. Reza menyebut sejumlah izin tambang di sekitar Sanga-Sanga layak ditinjau ulang. Ia khawatir, banyak yang tumpang tindih dengan zona rawan bencana.
“Kalau memang dekat pemukiman atau rawan longsor, jangan dikasih izin lagi. Keselamatan warga itu nomor satu,” ujarnya.
Lebih dari sekadar evaluasi teknis, Reza menegaskan pentingnya penataan ulang tata ruang. Ia menyebut banyak wilayah tambang yang dulunya zona aman, kini telah berubah menjadi zona merah bencana.
“Perubahan fungsi lahan yang tak terkendali bikin masalah makin rumit,” katanya.
DPRD Kaltim, tegas Reza, tak bisa bergerak sendiri. Ia mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi, mengabarkan, dan melapor jika melihat dampak langsung dari tambang terhadap lingkungan sekitar.
“Kami siap kawal. Negara tak boleh kalah. Tambang boleh jalan, tapi jangan sampai rakyat jadi korban.”
Reza menutup dengan pernyataan keras: harus ada perubahan cara pandang. Fokus pembangunan jangan melulu pada angka pertumbuhan, tapi juga keselamatan warga dan keberlanjutan lingkungan.
“Jangan tunggu longsor berikutnya. Warga harus diselamatkan. Sekarang.”
Leave a Reply