Temankita.com, Belakangan ini istilah “otrovert” mulai ramai dibicarakan di media sosial, terutama di kalangan anak muda yang tertarik dengan topik psikologi dan self-development. Setelah sebelumnya publik akrab dengan istilah introvert, ekstrovert, dan ambivert, kini hadir istilah baru yang dianggap mewakili spektrum kepribadian yang lebih beragam.
“Otrovert” disebut-sebut sebagai kombinasi unik antara kecenderungan terbuka pada lingkungan sosial, namun tetap selektif dalam memilih energi dan lingkaran pergaulan. Orang dengan kepribadian otrovert biasanya bisa nyaman berada di keramaian, tetapi juga tidak keberatan menikmati waktu sendiri.
Fenomena ini ramai di kalangan generasi muda karena dianggap lebih realistis menggambarkan kehidupan sehari-hari. Banyak orang merasa tidak sepenuhnya cocok dengan label introvert, ekstrovert, ataupun ambivert, sehingga istilah otrovert muncul sebagai alternatif.
Sejumlah psikolog menilai tren ini menarik, namun tetap perlu kajian lebih dalam. “Secara ilmiah, tipologi kepribadian masih merujuk pada teori Carl Jung yang membagi orientasi energi ke dalam introvert dan ekstrovert. Namun dinamika sosial memang bisa memunculkan istilah-istilah baru sebagai bentuk ekspresi diri,” ujar salah satu praktisi psikologi di Jakarta.
Di media sosial, tagar #otrovert bahkan sempat menjadi trending, dengan banyak pengguna membagikan pengalaman pribadi yang merasa cocok dengan label baru tersebut. Ada yang menyebut otrovert sebagai “zona abu-abu yang fleksibel,” ada juga yang menyebutnya sebagai “versi upgrade dari ambivert.”
Meski belum diakui secara resmi dalam literatur psikologi, istilah ini menunjukkan bahwa generasi muda semakin kreatif dalam mendefinisikan identitas dan kepribadiannya.












Leave a Reply