Indodax: Koreksi Bitcoin ke Level US$105.000 Bukan Sinyal Fundamental Melemah

Temankita.com, Samarinda — Penurunan tajam harga Bitcoin hingga menyentuh level US$105.000 per koin dalam waktu satu jam pada Sabtu (11/10/2025) tidak mencerminkan melemahnya fundamental aset kripto tersebut. Hal itu ditegaskan oleh Vice President Indodax, Antony Kusuma, yang menilai koreksi ini merupakan respon pasar terhadap ketegangan geopolitik dan risiko global, bukan karena faktor internal Bitcoin.

“Para investor harus melihat lebih dari sekadar harga saat ini. Koreksi ini bukan pertanda fundamental Bitcoin melemah, melainkan reaksi pasar terhadap eskalasi ketegangan dagang dan risiko makro,” ujar Antony dalam keterangan tertulis, Minggu (12/10/2025).

Menurutnya, investor jangka panjang justru bisa memanfaatkan volatilitas ini untuk membangun posisi strategis, karena secara jangka menengah prospek Bitcoin masih positif.

“Jika ketegangan AS–China mereda atau muncul pembicaraan baru, Bitcoin bisa berkonsolidasi di kisaran US$112.000–118.000. Tapi jika isu perdagangan terus mendominasi, harga kemungkinan akan bergerak di antara US$105.000–120.000,” jelasnya.

Ia menambahkan, penurunan di bawah US$105.000 justru menjadi peluang bagi pembeli jangka panjang untuk masuk pasar.


📉 Guncangan Global Tekan Pasar Kripto

Harga Bitcoin sempat anjlok tajam usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif 100 persen untuk produk asal China. Kebijakan ini memicu gelombang kepanikan di pasar global yang menyeret turun saham, komoditas, hingga aset digital.

Dalam waktu kurang dari satu jam, Bitcoin merosot dari US$114.000 ke US$105.000, sebelum akhirnya rebound ke atas US$111.000.

Data dari CoinGlass mencatat, lebih dari US$8 miliar posisi long terlikuidasi hanya dalam waktu 60 menit — termasuk US$1,83 miliar pada Bitcoin dan US$1,68 miliar pada Ethereum. Total likuidasi 24 jam terakhir menembus US$9 miliar, melibatkan sekitar 1,4 juta investor.


💰 Kapitalisasi Pasar Kripto Turun 13 Persen

Dampak domino dari guncangan ini membuat kapitalisasi pasar kripto global turun sekitar 13 persen menjadi US$3,78 triliun. Meski demikian, volume perdagangan melonjak hingga US$333,8 miliar dalam 24 jam terakhir — tertinggi sejak Agustus.

Menurut Antony, lonjakan volume ini menunjukkan bahwa pasar masih aktif dan likuid, menandakan minat investor terhadap aset digital tetap tinggi di tengah gejolak.

“Volatilitas adalah bagian dari dinamika pasar kripto. Yang penting, investor tetap berpegang pada strategi dan analisis jangka panjang,” pungkasnya.(Ar)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *