Temankita.com, Samarinda- Harga Bitcoin (BTC) kembali melemah setelah turun lebih dari 34% dari posisi tertingginya pada Oktober 2025. Penurunan tajam dalam delapan pekan terakhir ini memicu kekhawatiran mengenai arah pasar, apakah masih berada dalam fase koreksi sehat atau justru memasuki tekanan jangka panjang.
Komentator kripto Jacob King menilai koreksi kali ini termasuk yang paling agresif di luar pola bull run historis. Ia menyebut tidak ada siklus sebelumnya yang mencatat penurunan sedalam ini ketika pasar berada dalam sentimen ekspansif. Melemahnya indikator likuiditas, aktivitas on-chain, serta menurunnya hashrate memperkuat kekhawatiran tersebut.
King juga menyoroti melemahnya arus likuiditas baru dari investor besar. Tether yang tidak lagi menambah suplai, tekanan pembiayaan terhadap MicroStrategy, serta perlambatan langkah El Salvador dinilai sebagai sinyal bahwa dukungan institusional terhadap Bitcoin tidak sekuat pada siklus sebelumnya.
Namun, analis Dan Gambardello mengambil pandangan berlawanan dengan menilai kondisi makro justru mendukung potensi pemulihan. Ia menyoroti turunnya Reverse Repo (RRP) AS yang menandakan likuiditas mulai bergerak ke pasar, pelemahan sektor manufaktur global yang biasanya menjadi pemicu pelonggaran kebijakan moneter, serta fase likuiditas global yang dianggap mirip dengan periode sebelum ekspansi besar Bitcoin.
Perbedaan tajam antara analisis teknikal dan makro menempatkan pasar pada fase transisi yang krusial. Beberapa bulan ke depan diperkirakan menjadi penentu apakah Bitcoin akan memasuki tekanan lebih panjang seperti yang diperingatkan King, atau justru tengah membangun fase akumulasi sebelum pemantulan seperti yang dibaca Gambardello.(Ar)













Leave a Reply