Temankita.com, Samarinda- Secara sosiologis Indonesia adalah bangsa yang kompleks, tingginya gesekan sentimen primodial terlebih menjelang Pemilu 2024 patut mendapat perhatian dan diwaspadai semua pihak. Mengingat gesekan sentimen primodial dapat mengganggu persatuan sosial bangsa.
Sehingga menjadi tanggung jawab seluruh elemen tak terkecuali para millenial di Indonesia untuk merawat dan mengarahkan energi semangat muda pada hal-hal yang positif dan menjadi contoh gerakan pemuda angkatan 28 yang menyatukan kemajemukan bangsa.
Hal itu diserukan Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Rusman Ya’qub saat menggelar Sosialisasi Wawasan Kebangsaan (Sosbang) di hadapan ratusan santri Bina Islam, Kabupaten Paser, Sabtu (21/1/2023).
Pernyataan tersebut sekaligus menanggapi pertanyaan santriwati Bina Islam, Sofiatul Askia yang meminta penjelasan nara sumber terkait salah satu tantangan bangsa ini adalah rasa nasionalisme yang semakin luntur akibat ikatan primodial.
“Pendidikan cara yang tepat untuk mengikis paham primodialisme termasuk politik identitas yang mengarah pada toleransi dan radikal terorisme. Semua elemen harus ambil bagian untuk bersinergi dan berkolaborasi membangun kekuatan bangsa dengan mengedepankan toleransi, sikap keterbukaan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila,” jelas Rusman, di Aula Pondok Pesantren Bina Islam, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser.
Hal senada diungkapkan Unis Sagena, dosen Fisip Universitas Mulawarman (Unmul) yang siang itu menjadi salah satu nara sumber dalam kegiatan Sosbang tersebut. Unis menegaskan anak muda harus menjadi garda terdepan dalam menjaga kebinekaan.
“Semua masyarakat harus berpartisipasi dalam upaya yang dilakukan pemerintah untuk secara aktif, positif dan konstruktif dalam upaya membangun toleransi dan budaya terbuka menghargai sesama manusia,” tegas Unis.
Menurutnya, primodialisme yang positif dapat meneguhkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa dan mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa. Namun jika berlebihan dapat memacu pertikaian antar kelompok.
“Primodial ini dapat mengganggu kelangsungan berbangsa jika satu kelompok memaksakan pandangannya terhadap orang lain,” lanjutnya.
Turut menjadi moderator dalam kegiatan Sosbang tersbut, Ketua Yayasan Bina Islam sekaligus Ketua MUI Paser, H Azhar Baharuddin.
“Alhamdulillah Kabupaten Paser yang kaya dengan beragam suku sejauh ini masyarakatnya cukup membuka diri dan berbaur dengan suku-suku yang berbeda. Sebagai pemimpin di Ponpes ini, kami bertekad melahirkan santri-santri yang handal dan memelihara tradisi lama yang baik, dan tentu saja tidak menutup tradisi baru yang lebih baik pula, para santri dididik untuk kritis dan peka terhadap isu disekitarnya dan turut bekerja sama dan mengedepankan peran agama dalam membahas isu-isu masyarakat,” terang Azhar. (AS)
Leave a Reply