Musim Kemarau, 300 Hektare Lahan Petani Terancam Gagal Panen

Temankita.com, Samarinda- Kekeringan di musim kemarau yang mulai melanda kawasan Kota Samarinda, dampaknya kini mulai terasa. Selain dari surutnya air di Bendungan Lempake di kawasan Samarinda bagian Utara dampak kekeringan juga dirasakan oleh para petani di kawasan Lempake.

Kekeringan terlihat dari retakan-retakan pada tanah pertanian yang saat ini ditumbuhi oleh tanaman padi, singkong, cabai dan tanaman lainnya.

Satu-satunya harapan petani untuk mempertahankan lahan pertanian agar tidak semakin mengering, para petani meminta agar pintu waduk bendungan Lempake dibuka.

Mardam seorang petani di Lempake mengatakan, sudah satu minggu lebih di lokasi tinggalnya tidak turun hujan sementara tanaman kekurangan air.

“Kalau seperti ini terus, tanaman akan gagal panen. Tanaman kami di atas lahan seluas satu hektar,” terang petani yang sudah bertahun-tahun menekuni profesinya.

Mardam berharap, bantuan dari pemerintah dalam hal pengairan, karena volume air di Bendungan Lempake alami penurunan.

Hal yang sama juga dirasakan oleh petani lainnya. Ngadiman, petani di kawasan Lempake mengatakan hanya bisa pasrah dengan kondisi alam jika harus gagal panen.

“Saat ini Sungai Karang Mumus sudah ditutup supaya ada tampungan di Bendungan Lempake Terkecuali sudah tidak ada hujan ya mau gimana lagi karena saat ini bendungan tersebut sudah ditumpangi dengan PDAM,” terang Ngadiman.

Selain berharap irigiasi, Ngadiman berharap tak lama lagi Samarinda akan diguyur hujan agar dapat mengurangi kekeringan terutama pada lahan pertanian.

“Sampeyan bisa lihat sendiri, di bagian sana tanahnya sudah mulai pecah-pecah. Makanya selain air irigasi, kami juga berharap tak lama lagi segera turun hujan,” papar Ngadiman.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Samarinda yang memantau langsung kondisi lahan pertanian, memastikan kekeringan di musim kemarau kali ini mulai membawa dampak. Lahan pertanian yang diperkirakan mencapai 300 hektare terancam gagal panen.

“Saya tadi melihat lahan pertanian seperti holtikultura, akibat kekeringan tersebut terganggu pertumbuhannya. Kalau seminggu kemudian tidak ada hujan ada kemungkinan gagal panen,” terang Kepala Pelaksana BPBD Kota Samarinda Suwarso.

Berdasarkan prediksi BMKG, puncak kemarau terjadi pada bulan Agustus, September dan akan berakhir di penghujung Oktober 2023.

“Kalau kekeringan ini terus melanda, tentunya bisa mengakibatkan gagal panen termasuk ancaman kebakaran hutan dan lahan, serta di beberapa daerah yang mengandalkan air baku dari aliaran Sungai Karang Mumus akan mengalami kekurangan sumber,” terang Suwarso.

Langkah tercepat yang bisa dilakukan adalah dengan membuat sumur yang airnya bisa ditampung dan bisa dialirkan ke lahan pertanian. (AR)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *