Benarkah Tarian Bagi-Bagi THR 2025 yang Viral Berasal dari Yahudi? Ini Faktanya

Oleh : Arianto

Temankita.com, Samarinda- beberapa hari terakhir, media sosial dihebohkan dengan viralnya “Tarian Bagi-Bagi THR 2025,” sebuah tren yang menampilkan sekelompok orang berjoget sembari membagikan uang kepada orang-orang di sekitar mereka. Namun, kontroversi muncul ketika beberapa pihak mengklaim bahwa tarian ini berasal dari budaya Yahudi. Benarkah demikian, atau ini hanya kesimpulan yang terlalu cepat?

Fenomena Tarian dan Tradisi THR
Tradisi berbagi Tunjangan Hari Raya (THR) sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia dalam menyambut Idulfitri. Kebiasaan ini melambangkan kegembiraan dan kebersamaan di hari kemenangan setelah sebulan berpuasa. Tidak mengherankan jika ekspresi kebahagiaan tersebut berkembang menjadi sebuah tarian yang kemudian menjadi tren di media sosial.

Tarian THR yang viral di TikTok dinilai oleh sejumlah warganet mirip dan mengikuti tarian Hora milik bangsa Yahudi. (Sumber: TikTok/@wajahlangsaa/@ayutingting/@attahalilintar)

Dari segi budaya, masyarakat Indonesia memang memiliki kecenderungan untuk menciptakan dan mempopulerkan tarian-tarian baru yang menggambarkan kebahagiaan. Kita bisa melihat bagaimana tren seperti “Poco-Poco” atau “Goyang Maumere” sebelumnya juga mendapat popularitas luas. Lalu, mengapa tiba-tiba tarian ini dikaitkan dengan budaya Yahudi?

Klaim Keterkaitan dengan Budaya Yahudi: Sebuah Spekulasi?
Beberapa pengguna media sosial menyebut bahwa gerakan dalam tarian ini memiliki kemiripan dengan Tarian Hora, sebuah tarian tradisional Yahudi yang sering dilakukan dalam formasi lingkaran dengan gerakan langkah samping dan lompatan ringan. Hora sendiri merupakan tarian yang berkembang di berbagai komunitas Yahudi, terutama di Israel, Rumania, dan wilayah Balkan. Tarian ini sering ditampilkan dalam perayaan pernikahan, hari besar, dan acara komunitas sebagai simbol persatuan dan kebahagiaan.

Meski ada kemiripan gerakan, kesamaan semacam ini tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa satu budaya mengadopsi budaya lainnya.
Banyak tarian dari berbagai budaya di dunia memiliki pola gerakan yang mirip karena adanya prinsip dasar dalam tarian kelompok, seperti langkah berulang, gerakan melingkar, dan interaksi antarpeserta. Bahkan tarian tradisional di berbagai daerah di Indonesia seperti Tari Saman dari Aceh atau Tari Jaipong dari Jawa Barat memiliki unsur-unsur yang bisa ditemukan dalam berbagai tarian lain di dunia.

Opini: Tidak Perlu Hiperbolisasi, Fokus pada Esensi
Dalam era digital saat ini, informasi dapat dengan mudah disalahartikan atau dipelintir untuk kepentingan tertentu. Mengaitkan sebuah tren budaya populer dengan unsur agama atau kelompok tertentu tanpa bukti kuat bisa berujung pada penyebaran hoaks yang tidak produktif.

Tarian Bagi-Bagi THR 2025 seharusnya dipandang sebagai ekspresi kegembiraan masyarakat menjelang Idulfitri, bukan sebagai bagian dari konspirasi budaya yang tidak berdasar. Lebih dari itu, fenomena ini seharusnya menjadi pengingat bahwa budaya terus berkembang dan beradaptasi sesuai dengan zaman.

Daripada menghabiskan energi memperdebatkan asal-usul yang belum terbukti, lebih baik kita fokus pada semangat berbagi dan kebersamaan yang menjadi inti dari perayaan Idulfitri itu sendiri. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Tarian Bagi-Bagi THR 2025 memiliki akar dalam budaya Yahudi.

Fenomena ini lebih tepat disebut sebagai bagian dari budaya populer yang spontan dan menggambarkan kebahagiaan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap kritis terhadap informasi yang beredar dan tidak mudah terbawa oleh narasi yang belum terverifikasi. (Arianto)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *