ads

Cak Sadad Beberkan Nasib Guru dan Kurikulum pada Talk Show PMII Jatim

Teman Kita
25 Agu 2023 06:48
Daerah 0
2 menit membaca

temankita.com Surabaya – Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur (Jatim) sukses menggelar refleksi Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 pada Rabu (23/08/2023).

Berdasarkan pantauan di lapangan, kegiatan refleksi tersebut dilaksanakan di Aula Kantor PW Ansor di Surabaya. Hadir dalam kegiatan tersebut Dr. (HC) KH. Afifuddin Muhajir selaku Wakil Ra’is ‘Aan PBNU sebagai narasumber Ngaji Kebangsaan.

Selain itu, Dr. H. Anwar Sadad M.Ag selaku Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur turut hadir dalam kegiatan tersebut untuk mengisi Talk Show Pendidikan dengan tema ‘Sistem Pendidikan Indonesia: Evaluasi, Solusi, Resolusi’.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Jawa Timuran Moh. Ali Kuncoro yang diwakili oleh Wulan selaku Kabid Kepemudaan dan Wakil Dekan III UIN Sunan Ampel Surabaya, Dr. H. Moh. Syaeful Bahar, M.Si.

Pengurus PKC PMII Jawa Timur periode 2022-2024 dan Puluhan keder PMII se-Jawa Timur yang terdiri dari berbagai cabang di Jawa Timur juga hadir berpartisipasi kegiatan tersebut.

Dr. H. Anwar Sadad M.Ag selaku Wakil Ketua DPRD Jawa Timur
Anwar Sadad menjelaskan dari sekian banyak problematika pendidikan di Indonesia, ada dua yang paling serius untuk segara menemukan solusinya.

Pertama, soal nasib guru yang selalu jadi isu menarik. Menurutnya, ada sekitar 10 ribu lebih guru honorer yang mengabdikan dirinya hampir 15 tahun harus bersaing dengan guru baru hanya untuk mendapatkan sertifikasi atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Kedua, soal kurikulum yang saat ini belum selaras dengan cita-cita pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara.

“Kurikulum pendidikan seharusnya mewarnai karakteristik pendidikan di daerah. Sementara itu, menteri pendidikan kita bukan sosok akademisi, bahkan dia merupakan pengusaha,” katanya saat mengisi Talk Show Pendidikan PKC PMII Jawa Timur pada Rabu (23/08/2023).

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Cak Sadad itu menegaskan bahwa melalui kurikulum bisa menggambarkan dalam pendidikan Indonesi. Pasalnya, anggaran 20 persen pemerintah pusat hingga daerah diperuntukkan dana pendidikan.

“Namun, 20 persen anggaran pemerintah ini belum ada spesifikasi yang jelas. Akhirnya yang terjadi banyak pengelola pendidikan fokus pada pembangunan fisik bukan pada pembangunan non fisiknya seperti proses pengembangan pengetahuan lainnya,” tegasnya.

“Hal Ini gak bisa disalahkan, karena 20 persen anggaran untuk pendidikan ini gak dijabarkan dengan baik,” imbuhnya.

Di penghujung diskusi, Cak Sadad berharap agar kader PMII ke depannya merumuskan gagasan terhadap mengelola kekuasaan sehingga butuh pikiran segar dari anak-anak muda PMII.

“Peran tidak kalah penting setelah merebut kekuasaan saat ini mengelola kekuasaan. Ruang itulah yang berkolaborasi dengan kekuasaan oleh kader PMII,” pungkasnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *